PERAN WANITA DAN KEBANGKITAN UMMAT ISLAM

on Senin, 30 April 2012
Pertanyaan:
 Apakah benar ada masa kebangkitan bagi ummat Islam?  Jika ada, bagaimana peranan wanita dalam Islam  secara  umum dan   pandangan   terhadap  wanita  karier,  dan  bagi  yang berpendidikan tinggi pada khususnya? 
Jawab:

Tidak dapat diragukan lagi,  bahwa  kita  hidup  dalam  era kebangkitan Islam, setelah sekian lama kaum Muslimin berada dalam keadaan tidak sadar dan  lelap dalam tidurnya yang berkepanjangan, seperti halnya kaum Kahfi, di mana musuh-musuh mereka mengintervensi dari Barat, Timur, Selatan dan Utara.  Kemudian  menjajah  dan  menguasainya, sehingga dengan mudah menjatuhkan mereka dari agamanya, yaitu  Islam. Lalu diganti secara  paksa peraturan-peraturan  baru, hukum-hukum baru, baik dalam masalah politik maupun sosial. Hal-hal yang demikian itu terjadi pada  saat  kaum Muslimin dalam keadaan  tidak  sadar.  Kemudian  berkat  perjuangan ahli-ahli fiqih dan dakwah, maka terjadilah pembaruan  untuk membangun pusat dakwah Islamiah dan perorangan di mana-mana.
Dengan  takdir  Allah,  maka  terjadilah  kebangkitan  ummat Islam. Hal ini sudah biasa bagi ummat Islam  dan  sesuai dengan sifatnya, bahwa ummat Islam tidak mungkin  mati selamanya tanpa bangkit kembali.  Karenanya,  agama  yang hidup mengharuskan ummatnya hidup;  dan  Allah swt. dalam setiap  masa  selalu  mengangkat  seseorang untuk  membawa keharuman agama bagi ummatnya.
Dalam setiap masa selalu  timbul di tengah-tengah ummat Islam, orang-orang  yang  membela kebenaran,  walau  bahaya menentangnya,  sampai  datangnya hari Kiamat. Maka dari itu, keluarlah suara-suara  untuk  mengajak  bagi  ditegakkannya kebenaran  dan dipraktekkannya agama Islam secara utuh serta pembaruan, sebagaimana dapat dirasakan seperti sekarang ini.
Sebenarnya kebangkitan ini meliputi semua  aspek. Sebagian orang mengira di saat permulaan hanya suara  saja yang timbul, disebabkan oleh  perasaan  dan  semangat.  Sementara kenyataan  menjadi  sebaliknya,  setiap waktu bertambah kuat semangat yang menyala, perasaan yang hidup dalam  kesadaran pada agama tersebut, dan kebangkitan berdasarkan pikiran yang sehat, setelah  lama  hidup  jauh  dari  kemurnian  dan kebenarannya. Sadar akan akibat dan keadilannya di segala bidang
Sungguh telah berubah semua  perasaan  dan  simpatik,  yang dulunya  di bawah  naungan gerakan Nasionalisme  dan Sosialisme, serta lain-lainnya, dari aliran yang bertentangaan dengan  agama. Maka pikiran-pikiran yang semula dipengaruhi oleh paham-paham  yang  bukan  bersumber pada  Islam, karena belum paham terhadap Islam, sekarang ini mereka sadar akan kebenaran dan kemurnian dari ajaran Islam. Mereka paham bahwa Islam  itu  bukan ibadat saja, tetapi menyangkut  segi  akidah,  akhlak   yang   luhur, muamalah (jual-beli) yang baik, dan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Bahkan Islam itu adalah amanat dan risalah yang dapat mengatur kehidupan manusia sebelum lahirnya manusia, sesudah lahir, ketika masih berupa janin, di waktu hidup dan  ketika mati. Begitu juga di waktu bangkit kembali.
Kebangkitan  ini  termasuk  kebangkitan berpikir. Kita telah melihat buku-buku yang telah ditulis  oleh  ahli-ahli  pikir dan  penulis-penulis  terkenal.  Di  mana-mana,  terutama di perpustakaan, penuh dengan bermacam-macam buku  yang dibaca para  generasi  muda  Islam,  mulai  dari yang berpendidikan rendah sampai yang berpendidikan  tinggi, mereka mempelajarinya secara mendalam.
Adapun masa kemunduran dan bekunya pikiran adalah disebabkan oleh banyak hal, diantaranya ialah: Pada  masa  itu  banyak  pikiran-pikiran  yang  condong  dan menganggap harus ikut peradaban Barat di segala bidang.
Tiada jalan bagi kemajuan, kecuali mengambil peradaban Barat secara keseluruhan, baik, buruk, pahit dan  manis.  Sehingga para   simpatisan   giat   mencari  dalil  untuk  menguatkan kedudukan dan peradaban orang  asing;  bahkan  hal-hal  yang tidak  sesuai  dengan  peraturan mereka, dicela dan dianggap tidak sempurna, misalnya dalam masalah talak, riba, poligami dan sebagainya.
Sekarang  ini  lain  halnya,  semua  masalah dihadapi dengan bahasa ilmiah dan pikiran yang sehat, walaupun mereka  dalam masa  kemajuan telah mencapai bulan dan dengan mudah manusia dapat menikmati hidup yang mewah, tetapi mereka gagal  dalam membina   ketenangan  jiwanya.  Mereka  hanya  memperhatikan sarana bagi sesuatu, tetapi mereka mengabaikan tujuan  luhur dari kehidupan ini, dan itu hanya bisa diarahkan oleh Islam.
MASALAH YANG TIDAK DAPAT DIJAWAB
Peradaban  masyarakat  Barat tidak dapat menjawab pertanyaan berikut ini: Untuk apakah manusia ini hidup, dari  mana  dan hendak ke mana mereka pergi?  Peradaban Barat tidak dapat  memberi  kebahagiaan  dan kesejahteraan bagi manusia. Maka Islamlah satu-satunya agama alternatif yang dapat mengungkapkan kelemahan dan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi tantangan  kehidupanyang  menuju  ke  arah  kesejahteraan  di  dunia  maupun  di akhirat. Islamlah yang dapat menjawab dan  memecahkan  semua permasalahan, baik masalah politik, sosial dan lainnya.

PERANAN KAUM INTELEKTUAL
Perhatian  akan  masalah-masalah  Islam  tidak saja terbatas kepada orang-orang berusia lanjut, bahkan tampak lebih besar perhatian  semangatnya   di   kalangan   para  pelajar  dan ilmuwannya,  baik  laki-laki  maupun  wanita.  Mereka   giat mempelajari  masalah-masalah  Islam  dan mempraktekkannya di masjid dan tempat-tempat ibadat lainnya yang selalu dipenuhi oleh segenap lapisan ummat Islam.

 PERANAN WANITA
Jika kita membaca Al-Qur’an, maka dapat kita ketahui bahwa penciptaan Nabi Adam as. Bersamaan dengan ibu Hawa, yang berfungsi sebagai istri dan kawan hidup beliau Kita mengetahui kisah istri Fir’aun yang dapat mencegah Fir’aun dalam  niatnya  untuk  membunuh Nabi Musa as. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah swt.:
“Dan berkatalah istri Fir’aun, ‘(Ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak menyadari.” (Q.s. Al-Qashash: 9).
Kita  simak  kisah  dimana  ada  dua  wanita di kota Madyan, keduanya putri Asy-Syekh Al-Kabir,  yang  diberi  air  minum oleh  Nabi Musa as.
Kemudian  kedua  wanita  tersebut mengusulkan kepada ayahnya, supaya memberi pekerjaan  kepada Nabi Musa   as. karena  beliau  memiliki  amanat  (dapat dipercaya) dan fisiknya kuat. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah swt.:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Wahai Bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (kepada kita), karena sesungguhnya orang yang terbaik, yang kamu ambil untuk bekerja (kepada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya’.” (Q.s. Al-Qashash: 26).
 Kita simak lagi  kisah  ratu Balqis di negeri Yaman, yang terkenal adil dan memiliki jiwa demokrasi. Ratu ini setelah menerimasuratdari Nabi  Sulaiman as. yang isinya seruan untuk taat kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, lalu dia memintapendapat kepada  kaumnya dan  bermusyawarah untuk mengambil sebuah putusan bersama.
 Firman Allah swt.:
“Berkata dia (Balqis), ‘Hai para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).’
Mereka menjawab, Kita adalah  orang-orang  yang  memiliki kekuatan  dan  (juga) memiliki  keberanian  yang luar biasa (dalam peperangan), dan keputusan berada di  tanganmu;  maka pertimbangkanlah yang  akan kamu  perintahkan’.”   (Q.s. An-Naml: 32-3).
Kemudian dia berkata,  sebagaimana  yang  telah  difirmankan Allah swt.:
“Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang terhormat jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.” (Q.s. An-Naml: 34).
Kesimpulan   dari   pendapat   ratu   tersebut  ialah  bahwa penguasa-penguasa di dunia ini jika mereka hendak  menguasai suatu  negeri,  maka  mereka  akan  merusak  dua  hal, yaitu merusak negara dan moral penduduknya.
Oleh  karena  itu,  di  dalam  Al-Qur’an  telah   disebutkan nama-nama wanita selain wanita-wanita yang tersebut di atas, yang  ada   hubungannya   dengan   kisahnya   masing-masing. Misalnya, ibu Nabi Isa as, Maryam Al-Batul.
PERANAN WANITA PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.

Adapun  peranan wanita pada masa hidupnya Nabi Muhammad saw. yang kita kenal ialah yang memelihara Nabi saw, yaitu Aminah ibu  beliau;  yang menyusuinya, Halima As-Sa’diyah; dan yang menjadi hadina (pengasuh) bagi beliau, Ummu Aiman r.a.  dari Habasyah.
Nabi  saw.  telah  bersabda, “Bahwa dia adalah ibuku setelah ibuku sendiri.”Kemudian kita  kenal  Siti Khadijah  binti  Khuwailid  r.a, wanita  pertama  yang  beriman dan membantunya, Siti Aisyah, Ummu Salamah, dan lain-lainnya,  dari  Ummahaatul  Mukmtniin (ibu  dari  kaum  Mukmin), istri-istri Nabi, dan istri-istri para sahabat Rasulullah saw.

AKTIVITAS WANITA MASA KINI

Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup  luas  meliputi berbagai  bidang,  terutama  yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yang diselaraskan dengan Islam, dalam segi  akidah, akhlak dan masalah yang tidak menyimpang dari apa yang sudah digariskan atau ditetapkan oleh Islam
Wanita Muslimat mempunyai kewajiban untuk memperkuat hubungannya  dengan Allah  dan  menyucikan  pikiran serta wataknya dari sisa-sisa pengaruh pikiran Barat.
Harus mengetahui cara menangkis serangan-serangan  kebatilan dan syubuhat terhadap Islam.Harus diketahui  dan  disadari hal-hal yang melatarbelakanginya, mengapa dia harus menerima separuh dari bagian  yang  diterima oleh kaum laki-laki dalam masalah hak waris? Mengapa saksi seorang wanita  itu  dianggap  separuh dari  laki-laki?  Juga  harus  memahami hakikatnya, sehingga iman  dan  Islamnya  bersih,  tiada   keraguan   lagi   yang menyelimuti benak dan pikirannya.
Dia harus menjalankan secara keseluruhan mengenai akhlak dan perilakunya, sesuai  dengan yang  dikehendaki  oleh  Islam. Tidak  boleh  terpengaruh  oleh  sikap  dan  perilaku wanita non-Muslim atau berpaham Barat. Karena  mereka  bebas dari pikiran  dan  peraturan-peraturan sebagaimana yang ada pada agama Islam. Mereka tidak terikat pada  perkara  halal dan haram, baik dan buruk.
Banyak  diantara kaum wanita yang meniru mereka secara buta, misalnya memanjangkan kuku yang  menyerupai  binatang  buas, pakaian  mini,  tipis (transparan), atau setengah telanjang, dan sebagainya. Cara yang demikian itu adalah  meniru  orang yang buta akan hal-hal terlarang.
Nabi saw. telah bersabda:
“Janganlah kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian dan berkata, ‘Aku ikut saja seperti orang-orang itu. Jika mereka baik, aku pun baik; jika mereka jahat, aku pun jadi jahat.’ Tetapi teguhkan hatimu dengan keputusan bahwa jika orang-orang melakukan kebaikan, maka aku akan mengerjakannya; dan jika orang-orang melakukan kejahatan, maka aku tidak akan mengerjakan.”
PERANAN WANITA DALAM KELUARGANYA

Di dalam Al-Qur’an  telah  ditetapkan, semua penetapan dan perintah ditujukan kepada kedua pihak, laki-laki dan wanita, kecuali  yang  khusus  bagi salah satu dari keduanya. Maka, kewajiban  bagi  kaum  wanita di dalam keluarganya  ialah menjalankan apa yang diwajibkan baginya.
Jika dia sebagai anak, kemudian kedua orangtuanya atau salah satunya menyimpang dari batas yang telah ditentuka oleh agama, maka dengan cara yang sopan dan bijaksana, dia harus mengajak kedua orang tuanya kembali ke jalan yang baik, yang telah menjadi  tujuan  agama, disamping  tetap menghormati kedua orangtua. Wajib bagi setiap wanita (para istri), yaitu  membantu suaminya  dalam  menjalankan perintah agama, mencari rezeki yang halal, menerima dan mensyukuri yang dimilikinya  dengan penuh kesabaran, dan sebagainya.
Wajib pula bagi setiap ibu mengajar anak-anaknya taat kepada Allah, yakni dengan  menjauhi larangan-Nya  dan menjalankan perintah-Nya,  serta taat  kepada  kedua orangtuanya.
Kewajiban bagi setiap wanita terhadap  kawan-kawannya  yang seagama, yaitu menganjurkan untuk membersihkan akidah dan tauhidnya dari pengaruh di luar Islam; menjauhi  paham-paham yang  bersifat merusak dan menghancurkan sendi-sendi Islam dan  akhlak yang luhur, yang  diterimanya  melalui  buku, majalah, film, dan sebagainya.
Dengan   adanya tindakan-tindakan   di  luar  Islam,  yang ditimbulkan oleh sebagian kaum Muslimin terhadap wanita yang kurang bijaksana dan insaf, maka hal inilah yang menyebabkan terpengaruhnya   mereka    pada peradaban Barat dan paham-pahamnya. Harus diakui,  bahwa  hak-hak wanita di sebagian masyarakat Islam belum diberikan secara penuh. Harus diketahui pula, bahwa suara pertama dari kaum  wanita dalam  menguatkan dakwah dan risalah  Muhammad saw. ialah suara Khadijah binti Khuwailid r.a. kepada Rasulullah saw.:
 ”Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakan engkau sama sekali. Sesungguhnya engkau bersilaturrahmi, menghubungi keluarga dan mengangkat beban berat, memberi kepada orang yang tidak punya, menerima dan memberi (menghormati) kepada tamu, serta menolong orang-orang yang menderita.”
Orang pertama yang berperan sebagai syuhada ialah  Ummu Amr binti Yasir Ibnu Amar  yang bernama Samiah, dia bersama suaminya disiksa, agar  mereka keluar dari  agama Islam. Tetapi  mereka  tetap  bertahan dan sabar, sehingga dia mati syahid bersama suaminya. Ketika Rasulullah saw. melintasi mereka, dan melihat  mereka dalam  keadaan disiksa, lalu Rasulullah saw. berkata kepada mereka, “Sabarlah wahai Al-Yasir,  sesungguhnya  kita  nanti akan bertemu di surga

0 komentar:

Posting Komentar