KISAH WANITA – WANITA SHALEHAH PADA ZAMAN RASULULLAH DAN MASA KINI

on Senin, 30 April 2012
KISAH WANITA – WANITA SHALEHAH PADA ZAMAN RASULULLAH DAN MASA KINI


(oleh: Ali Sa’adan)

“ Dunia adalah Perhiasan
Dan sebaik – baik keindahan adalah
Wanita Shalihah ”
“Sebaik – baik wanita adalah wanita shalihah”

A. Siapakah wanita shalihah itu ?
Wanita shalihah itu adalah wanita cantik lahir dan bathin, ia memiliki kecantikan asli atau kecantikan asli atau kecantika ideal. Secara fisik, darah daging dan tulang –belulangnya bersih dari benda – benda haram. Sedang bathinnya bersih dari kotoran kejiwaan seperti syirik, kufr, nifaq dan fusuk. Kesuciannya seorang wanita shalihah disebabkan juga karena selalu membasahi lidahnya dengan zikr atau annur (al-qur’an).
Dalam kata lain wanita shalihah adalah wanita cantik yang benar – benar mencintai Allah dan Rasul-Nya dan mencintai semua pecinta – pecinta Allah. Sedangkan wanita tidak cantik adalah wanita – wanita penghuni neraka, yang hidupnya mengundang dan mendatangkan fitnah, bencana dan malapetaka dalam hidupnya.
1. Kisah wanita shalihah di zaman Rasulullah

Jika kita melirik kebelakang kisah wanita dizaman Rasulullah, maka kita kan terbayang sepintas wanita shalihah seperti istirinya Rasulullah, yang senantiasa taat kepada Allah dan patuh terhadap suami. Wanita dizaman Rasulullha khususnya yang dekat dengan beliau, mereka sangat menjaga yang namanya aurat, sebagaimana ungkapan dalam kitab Al-Mujma’ al- bihar “ wanita itu aurat”. Artinya apabila ia keluar rumah, dia merasa malu dilihat orang sebagaimana dia merasa malu jika auratnya kelihatan.

Aurat adalah apa saja yang kalau kelihatan dia merasa malu. Wanita dizaman Rasulullah saw sangat memelihara yang disebut aurat, kecantika dan perhiasan tubuh badan wanita apabial dilihat oleh orang lelaki dapat menggiurkannya dan menyelewengkannya dari kebenaran, maka ia sangat merasa malu. Coba lihat kisah wanita para isteri rasulullah yang shalihah, dengan keshalihan mereka terjamin bersama Rasulllah.

2. Wanita – wanita masa kini

Dulu dan sekarang memang orang mengatakan mirip tapi beda. Kalau saya mengatakan perbedaan sekarang dan yang dulu itulah pengaruh budaya dan dekandensi moral yang merosot. Berbicara wanita sekarang berarti berpatron kepada wanita yang dulu (zaman Rasulullah) akan terdapat banyak perbedaan yang walaupun dari katanya titelnya yang tidak berbeda. Seorang wanita akan terlirik langsung dengan orang lain karena pakaiannya, kesopanannya serta akhlaknya. Kini wanita yang disebut shalihah hampir kita jumpai langka yang walaupun berpakaian rapi. Akan tetapi kerapian yang ada padanya bukan seperti kehendak syariat, melainkan mode. “ Orang – orang wanita yang berpakaian tetapi seperti telanjang meliuk-liuk badannya dan rambutnya disasak, mereka itu tidak akan masuk surga, juga tidak akan mencium baunya surga, padahal baunya bisa tercium dari jarak perjalanan jauh lima ratus tahun” . (hadits Rsulullah)

Pemahaman ini bermaksud wanita sekarang ini hampir kebanyakan walaupun berjilbab belum terjamin sebagai wanita shalihah. Kalau tatapan matanya masih jalang, senang mengobral senyum, gerak – geriknya yang erotis nada suaranya yang di buat – buat, sehingga dapat membangkitkan gairah birahi lawan jenis. Hal yang seperti inilah wanita sebagai sumber fitnah. Maka sebutlah ia laksana wani – wanita jahiliyah. Sebahagian yang wanita shalihah kini adalah orang yang beruntung dalam hidup dan kehidupannya, mudah – mudahan akan tercium mereka bau surganya Allah amin yaa rabbal ‘alamin.

Cantik adalah dasar rupanya, akal mengatakan wanita cantik atas dasar ilmunya dan kepandaiannya. Dan hati mengatakan wanita cantik atas dasar akhlaknya. Akhlak adalah bunga (hiasan) diri kita, tanpanya hilanglah perhatian manusia pada kita.

Hadist Rasulullah SAW
“Apabila seorang wanita telah melakukan shalat lima waktu dengan sempurna, berpuasa di bulan Ramadhan cukup syarat, menjaga harga diri, serta menanti suaminya, maka diakhirat akan diseru Allah untuk masuk kedalam surga dari arah pintu mana yang ia sukai” (Riwayat Al-Bazzar)

0 komentar:

Posting Komentar