Pertanyaan:
Apakah benar ada masa kebangkitan bagi ummat Islam? Jika
ada, bagaimana peranan wanita dalam Islam secara umum dan
pandangan terhadap wanita karier, dan bagi yang berpendidikan
tinggi pada khususnya?
Jawab:
Tidak dapat diragukan lagi, bahwa kita hidup dalam era
kebangkitan Islam, setelah sekian lama kaum Muslimin berada dalam
keadaan tidak sadar dan lelap dalam tidurnya yang berkepanjangan,
seperti halnya kaum Kahfi, di mana musuh-musuh mereka mengintervensi
dari Barat, Timur, Selatan dan Utara. Kemudian menjajah dan
menguasainya, sehingga dengan mudah menjatuhkan mereka dari agamanya,
yaitu Islam. Lalu diganti secara paksa peraturan-peraturan baru,
hukum-hukum baru, baik dalam masalah politik maupun sosial. Hal-hal yang
demikian itu terjadi pada saat kaum Muslimin dalam keadaan tidak
sadar. Kemudian berkat perjuangan ahli-ahli fiqih dan dakwah, maka
terjadilah pembaruan untuk membangun pusat dakwah Islamiah dan
perorangan di mana-mana.
Dengan takdir Allah, maka terjadilah kebangkitan
ummat Islam. Hal ini sudah biasa bagi ummat Islam dan sesuai
dengan sifatnya, bahwa ummat Islam tidak mungkin mati selamanya tanpa
bangkit kembali. Karenanya, agama yang hidup mengharuskan ummatnya
hidup; dan Allah swt. dalam setiap masa selalu mengangkat
seseorang untuk membawa keharuman agama bagi ummatnya.
Dalam setiap masa selalu timbul di tengah-tengah ummat
Islam, orang-orang yang membela kebenaran, walau bahaya
menentangnya, sampai datangnya hari Kiamat. Maka dari itu, keluarlah
suara-suara untuk mengajak bagi ditegakkannya kebenaran dan
dipraktekkannya agama Islam secara utuh serta pembaruan, sebagaimana
dapat dirasakan seperti sekarang ini.
Sebenarnya kebangkitan ini meliputi semua aspek.
Sebagian orang mengira di saat permulaan hanya suara saja yang timbul,
disebabkan oleh perasaan dan semangat. Sementara kenyataan menjadi
sebaliknya, setiap waktu bertambah kuat semangat yang menyala,
perasaan yang hidup dalam kesadaran pada agama tersebut, dan
kebangkitan berdasarkan pikiran yang sehat, setelah lama hidup jauh
dari kemurnian dan kebenarannya. Sadar akan akibat dan keadilannya di
segala bidang
Sungguh telah berubah semua perasaan dan simpatik,
yang dulunya di bawah naungan gerakan Nasionalisme dan Sosialisme,
serta lain-lainnya, dari aliran yang bertentangaan dengan agama. Maka
pikiran-pikiran yang semula dipengaruhi oleh paham-paham yang bukan
bersumber pada Islam, karena belum paham terhadap Islam, sekarang ini
mereka sadar akan kebenaran dan kemurnian dari ajaran Islam. Mereka
paham bahwa Islam itu bukan ibadat saja, tetapi menyangkut segi
akidah, akhlak yang luhur, muamalah (jual-beli) yang baik, dan
hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah. Bahkan Islam itu adalah amanat
dan risalah yang dapat mengatur kehidupan manusia sebelum lahirnya
manusia, sesudah lahir, ketika masih berupa janin, di waktu hidup dan
ketika mati. Begitu juga di waktu bangkit kembali.
Kebangkitan ini termasuk kebangkitan berpikir. Kita
telah melihat buku-buku yang telah ditulis oleh ahli-ahli pikir dan
penulis-penulis terkenal. Di mana-mana, terutama di perpustakaan,
penuh dengan bermacam-macam buku yang dibaca para generasi muda
Islam, mulai dari yang berpendidikan rendah sampai yang berpendidikan
tinggi, mereka mempelajarinya secara mendalam.
Adapun masa kemunduran dan bekunya pikiran adalah
disebabkan oleh banyak hal, diantaranya ialah: Pada masa itu banyak
pikiran-pikiran yang condong dan menganggap harus ikut peradaban
Barat di segala bidang.
Tiada jalan bagi kemajuan, kecuali mengambil peradaban
Barat secara keseluruhan, baik, buruk, pahit dan manis. Sehingga
para simpatisan giat mencari dalil untuk menguatkan kedudukan
dan peradaban orang asing; bahkan hal-hal yang tidak sesuai
dengan peraturan mereka, dicela dan dianggap tidak sempurna, misalnya
dalam masalah talak, riba, poligami dan sebagainya.
Sekarang ini lain halnya, semua masalah dihadapi
dengan bahasa ilmiah dan pikiran yang sehat, walaupun mereka dalam
masa kemajuan telah mencapai bulan dan dengan mudah manusia dapat
menikmati hidup yang mewah, tetapi mereka gagal dalam membina
ketenangan jiwanya. Mereka hanya memperhatikan sarana bagi sesuatu,
tetapi mereka mengabaikan tujuan luhur dari kehidupan ini, dan itu
hanya bisa diarahkan oleh Islam.
MASALAH YANG TIDAK DAPAT DIJAWAB
Peradaban masyarakat Barat tidak dapat menjawab
pertanyaan berikut ini: Untuk apakah manusia ini hidup, dari mana dan
hendak ke mana mereka pergi? Peradaban Barat tidak dapat memberi
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia. Maka Islamlah satu-satunya
agama alternatif yang dapat mengungkapkan kelemahan dan ketidakmampuan
mereka dalam menghadapi tantangan kehidupanyang menuju ke arah
kesejahteraan di dunia maupun di akhirat. Islamlah yang dapat
menjawab dan memecahkan semua permasalahan, baik masalah politik,
sosial dan lainnya.
PERANAN KAUM INTELEKTUAL
Perhatian akan masalah-masalah Islam tidak saja
terbatas kepada orang-orang berusia lanjut, bahkan tampak lebih besar
perhatian semangatnya di kalangan para pelajar dan ilmuwannya,
baik laki-laki maupun wanita. Mereka giat mempelajari
masalah-masalah Islam dan mempraktekkannya di masjid dan tempat-tempat
ibadat lainnya yang selalu dipenuhi oleh segenap lapisan ummat Islam.
PERANAN WANITA
Jika kita membaca Al-Qur’an, maka dapat kita ketahui
bahwa penciptaan Nabi Adam as. Bersamaan dengan ibu Hawa, yang berfungsi
sebagai istri dan kawan hidup beliau Kita mengetahui kisah istri
Fir’aun yang dapat mencegah Fir’aun dalam niatnya untuk membunuh Nabi
Musa as. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah swt.:
“Dan berkatalah istri Fir’aun, ‘(Ia) biji mata bagiku dan
bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi
kita atau kita pungut menjadi anak, sedangkan mereka tidak menyadari.”
(Q.s. Al-Qashash: 9).
Kita simak kisah dimana ada dua wanita di kota
Madyan, keduanya putri Asy-Syekh Al-Kabir, yang diberi air minum
oleh Nabi Musa as.
Kemudian kedua wanita tersebut mengusulkan kepada
ayahnya, supaya memberi pekerjaan kepada Nabi Musa as. karena
beliau memiliki amanat (dapat dipercaya) dan fisiknya kuat.
Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah swt.:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Wahai
Bapakku, ambillah dia sebagai orang yang bekerja (kepada kita), karena
sesungguhnya orang yang terbaik, yang kamu ambil untuk bekerja (kepada
kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya’.” (Q.s. Al-Qashash:
26).
Kita simak lagi kisah ratu Balqis di negeri Yaman,
yang terkenal adil dan memiliki jiwa demokrasi. Ratu ini setelah
menerimasuratdari Nabi Sulaiman as. yang isinya seruan untuk taat
kepada Allah dan menyembah kepada-Nya, lalu dia memintapendapat kepada
kaumnya dan bermusyawarah untuk mengambil sebuah putusan bersama.
Firman Allah swt.:
“Berkata dia (Balqis), ‘Hai para pembesar, berilah aku
pertimbangan dalam urusanku (ini), aku tidak pernah memutuskan sesuatu
persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku).’
Mereka menjawab, Kita adalah orang-orang yang
memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang luar biasa
(dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka
pertimbangkanlah yang akan kamu perintahkan’.” (Q.s. An-Naml: 32-3).
Kemudian dia berkata, sebagaimana yang telah difirmankan Allah swt.:
“Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri
niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang
terhormat jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.”
(Q.s. An-Naml: 34).
Kesimpulan dari pendapat ratu tersebut ialah
bahwa penguasa-penguasa di dunia ini jika mereka hendak menguasai
suatu negeri, maka mereka akan merusak dua hal, yaitu merusak
negara dan moral penduduknya.
Oleh karena itu, di dalam Al-Qur’an telah
disebutkan nama-nama wanita selain wanita-wanita yang tersebut di atas,
yang ada hubungannya dengan kisahnya masing-masing. Misalnya,
ibu Nabi Isa as, Maryam Al-Batul.
PERANAN WANITA PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Adapun peranan wanita pada masa hidupnya Nabi Muhammad
saw. yang kita kenal ialah yang memelihara Nabi saw, yaitu Aminah ibu
beliau; yang menyusuinya, Halima As-Sa’diyah; dan yang menjadi hadina
(pengasuh) bagi beliau, Ummu Aiman r.a. dari Habasyah.
Nabi saw. telah bersabda, “Bahwa dia adalah ibuku
setelah ibuku sendiri.”Kemudian kita kenal Siti Khadijah binti
Khuwailid r.a, wanita pertama yang beriman dan membantunya, Siti
Aisyah, Ummu Salamah, dan lain-lainnya, dari Ummahaatul Mukmtniin
(ibu dari kaum Mukmin), istri-istri Nabi, dan istri-istri para
sahabat Rasulullah saw.
AKTIVITAS WANITA MASA KINI
Sebenarnya, usaha (kiprah) kaum wanita cukup luas
meliputi berbagai bidang, terutama yang berhubungan dengan dirinya
sendiri, yang diselaraskan dengan Islam, dalam segi akidah, akhlak dan
masalah yang tidak menyimpang dari apa yang sudah digariskan atau
ditetapkan oleh Islam
Wanita Muslimat mempunyai kewajiban untuk memperkuat
hubungannya dengan Allah dan menyucikan pikiran serta wataknya dari
sisa-sisa pengaruh pikiran Barat.
Harus mengetahui cara menangkis serangan-serangan
kebatilan dan syubuhat terhadap Islam.Harus diketahui dan disadari
hal-hal yang melatarbelakanginya, mengapa dia harus menerima separuh
dari bagian yang diterima oleh kaum laki-laki dalam masalah hak waris?
Mengapa saksi seorang wanita itu dianggap separuh dari laki-laki?
Juga harus memahami hakikatnya, sehingga iman dan Islamnya bersih,
tiada keraguan lagi yang menyelimuti benak dan pikirannya.
Dia harus menjalankan secara keseluruhan mengenai
akhlak dan perilakunya, sesuai dengan yang dikehendaki oleh Islam.
Tidak boleh terpengaruh oleh sikap dan perilaku wanita non-Muslim
atau berpaham Barat. Karena mereka bebas dari pikiran dan
peraturan-peraturan sebagaimana yang ada pada agama Islam. Mereka tidak
terikat pada perkara halal dan haram, baik dan buruk.
Banyak diantara kaum wanita yang meniru mereka secara
buta, misalnya memanjangkan kuku yang menyerupai binatang buas,
pakaian mini, tipis (transparan), atau setengah telanjang, dan
sebagainya. Cara yang demikian itu adalah meniru orang yang buta akan
hal-hal terlarang.
Nabi saw. telah bersabda:
“Janganlah kamu menjadi orang yang tidak mempunyai
pendirian dan berkata, ‘Aku ikut saja seperti orang-orang itu. Jika
mereka baik, aku pun baik; jika mereka jahat, aku pun jadi jahat.’
Tetapi teguhkan hatimu dengan keputusan bahwa jika orang-orang melakukan
kebaikan, maka aku akan mengerjakannya; dan jika orang-orang melakukan
kejahatan, maka aku tidak akan mengerjakan.”
PERANAN WANITA DALAM KELUARGANYA
Di dalam Al-Qur’an telah ditetapkan, semua penetapan dan
perintah ditujukan kepada kedua pihak, laki-laki dan wanita, kecuali
yang khusus bagi salah satu dari keduanya. Maka, kewajiban bagi
kaum wanita di dalam keluarganya ialah menjalankan apa yang diwajibkan
baginya.
Jika dia sebagai anak, kemudian kedua orangtuanya atau
salah satunya menyimpang dari batas yang telah ditentuka oleh agama,
maka dengan cara yang sopan dan bijaksana, dia harus mengajak kedua
orang tuanya kembali ke jalan yang baik, yang telah menjadi tujuan
agama, disamping tetap menghormati kedua orangtua. Wajib bagi setiap
wanita (para istri), yaitu membantu suaminya dalam menjalankan
perintah agama, mencari rezeki yang halal, menerima dan mensyukuri yang
dimilikinya dengan penuh kesabaran, dan sebagainya.
Wajib pula bagi setiap ibu mengajar anak-anaknya taat
kepada Allah, yakni dengan menjauhi larangan-Nya dan menjalankan
perintah-Nya, serta taat kepada kedua orangtuanya.
Kewajiban bagi setiap wanita terhadap kawan-kawannya
yang seagama, yaitu menganjurkan untuk membersihkan akidah dan tauhidnya
dari pengaruh di luar Islam; menjauhi paham-paham yang bersifat
merusak dan menghancurkan sendi-sendi Islam dan akhlak yang luhur,
yang diterimanya melalui buku, majalah, film, dan sebagainya.
Dengan adanya tindakan-tindakan di luar Islam,
yang ditimbulkan oleh sebagian kaum Muslimin terhadap wanita yang kurang
bijaksana dan insaf, maka hal inilah yang menyebabkan terpengaruhnya
mereka pada peradaban Barat dan paham-pahamnya. Harus diakui, bahwa
hak-hak wanita di sebagian masyarakat Islam belum diberikan secara
penuh. Harus diketahui pula, bahwa suara pertama dari kaum wanita
dalam menguatkan dakwah dan risalah Muhammad saw. ialah suara Khadijah
binti Khuwailid r.a. kepada Rasulullah saw.:
”Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakan engkau sama
sekali. Sesungguhnya engkau bersilaturrahmi, menghubungi keluarga dan
mengangkat beban berat, memberi kepada orang yang tidak punya, menerima
dan memberi (menghormati) kepada tamu, serta menolong orang-orang yang
menderita.”
0 komentar:
Posting Komentar